Breaking News
Loading...
Minggu, 17 Februari 2013

Cuaca Di Bumi Akan Semakin Panas

22.35


 EXETER,Inggris (Persbiro): Bumi makin panas. Bahkan, pakar lingkungan mengingatkan Armagedon, saat kehancuran Bumi, semakin dekat. Namun, hal itu belum mampu meyakinkan Presiden George W. Bush untuk menandatangani Protokol Kyoto, kesepakatan untuk memotong jumlah emisi CO2 yang sering disebut 'gas rumah kaca'. Sejumlah bukti menunjukkan bahwa pemanasan global secara perlahan mulai mengacaukan keseimbangan sistim iklim di dunia yang akan berpengaruh pada kelangsungan hidup generasi selanjutnya. "Tidak diragukan lagi, iklim bumi telah berubah," kata Dennis Tirpak, pimpinan Konferensi Ilmu Pengetahuan yang diselenggarakan di Exeter, kepada AFP seperti dikutip Antara, Selasa. Menurut dia, secara global kondisi iklim pada sembilan dari 10 tahun terakhir merupakan yang terpanas sejak pencatatan pertama tahun 1861. Peningkatan gas rumah kaca mempengaruhi pola hujan dan siklus air global.
Tirpak memilih gelombang panas yang mencengkeram Eropa tahun 2003 sebagai contoh. Peristiwa itu mengakibatkan bencana alam terparah, dalam 50 tahun dengan korban 30.000 orang tewas. Sedangkan kerugian yang diakibatkan ditaksir sekitar US$30miliar. "Sejak 1970-an, memanasnya iklim telah meningkatkan luas area dan frekuensi kekeringan." Hal itu juga menyebabkan perubahan sistim ekologi daratan dan lautan yang akibatnya sulit ditebak. "Di beberapa daerah beriklim sedang di Asia, gejala banjir dan kekeringan berulang juga telah tampak," kata Rajendra Pachauri, Ketua Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), yang menangani masalah pemanasan global di PBB. Ulah manusia Konferensi yang diselenggarakan oleh Inggris di kantor pusat meteorologinya (Met Office) di barat daya kota asal bahasa Inggris itu bertujuan untuk menaksir peran manusia dalam pemanasan global. Fenomena itu terjadi akibat tak terkendalikannya pembakaran gas, batu bara dan minyak yang menjadi sumber tenaga dalam dunia industri. Mereka melepaskan karbondioksida (CO2) dan gas-gas lain yang terkunci dalam kulit bumi selama jutaan tahun. Polusi karbon itu menjebak cahaya matahari dan menyebabkan permukaan bumi memanas, mengacaukan semacam tarian balet antara tiga komponen fisik raksasa yakni lautan, daratan dan udara. Salah satu masalahnya adalah bahwa meskipun polusi itu telah dihentikan dengan segera namun suhu akan terus meningkat setelah gas dimuntahkan ke atmosfer. "Kelembaman dapat membawa pengaruh, khususnya pada peningkatan permukaan air laut, untuk beberapa abad kalau tidak jutaan tahun," kata Pachauri. Yang paling utama, menurut dia, permukaan air laut meningkat karena pemuaian air akibat panas. Samudera adalah volume air terbesar, akibatnya sekali pemanasan dimulai maka akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menghentikannya. Sementara itu, seperti dikutip Reuters, Inggris membantah anggapan yang menyatakan perubahan iklim tidak dapat dihentikan, sehingga negara itu memaksa AS untuk menandatangani Protokol Kyoto, Pada saat membuka pertemuan ilmiah selama tiga hari untuk membahas ancaman pemanasan global, Menteri lingkungan Margaret Beckett mengatakan penting bagi Washington untuk terlibat "Dampak signifikan belum terlihat, kami harus bertindak untuk membatasi skala pemanasan dan menghindari dampak yang lebih buruk. Kami ingin AS terlibat secara penuh dalam pembahasan ini," ujarnya. AS menjadi satu dari negara terbanyak penghasil gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), namun menolak opini umum yang menyebutkan manusia sebagai penyebab pemanasan global. AS juga menolak Protokol Kyoto yang membatasi emisi tersebut. Protokol, yang akan dipaksakan pada 16 Februari, bertujuan untuk memangkas emisi CO2 oleh negara maju dengan 5,2% di bawah tingkat pada 1990 saat 2008 menjadi 12. Namun, Presiden AS George Walker Bush tidak ingin mengurangi target itu. Padahal, Washington diharapkan memangkas jumlah emisi gas rumah kaca untuk setiap dolar penghasilan ekonomi 18% pada 2012 dibanding dengan 2002. Namun ekonomi tumbuh cepat, artinya secara keseluruhan tingkat emisi akan meningkat. Beckett, yang tidak meragukan kegiatan manusia sebagai penyebab pemanasan iklim, yakin tidak ada harapan membujuk Bush untuk menandatangi Protokol tersebut. Hal terpenting, tambahnya, adalah membujuk pemerintah AS dan publiknya untuk menguji apa yang akan dilakukan setelah 2012. Ilmuwan lingkungan Steve Schneider dari Universitas Stanford, California, mengatakan dia juga tidak berharap pada Bush untuk menandatangani Protokol Kyoto itu, namun akan membuat publik agar menekan pemimpinnya itu agar mau mengambil tindakan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer